KECEWA ITU SUNNATULLAH
Pernah kah anda mengalami kekecewaan? Hampir semua makhluk Allah yang bernama manusia pasti pernah mengalami dan merasakan bagaimana dengan yang namanya “kecewa”. Karena pada dasarnya kecewa itu memang dicipta oleh Allah untuk manusia yang memiliki sebuah rasa.
Kecewa adalah ketidakcocokan antara harapan dan kenyataan. Dalam konteks ini, kecewa yang saya maksud adalah kecewa terhadap manusia atau orang lain, atau bisa saja kecewa terhadap diri sendiri. Tetapi sebelum jauh kita membahas kecewa dengan diri sendiri, kita perlu tahu bagaimana kecewa dengan orang lain.
Yup...manusia dengan manusia yang lainnya, diciptakan oleh Allah untuk saling melengkapi satu sama lain dengan perbedaan, hidup berdampingan, saling mengisi dalam kekosongan, bahkan saling merepotkan satu sama lain. For what? Fastabiqul Khoirot Friend....
Jika kita mengkaji dalam Alquran Dan hadist, pada dasarnya manusia itu memang dicipta dengan segala perbedaannya, dari sisi manapun pasti berbeda, meskipun ada yang terlahir dengan kembar siam, tetapi coba lihat dari sisi kepribadiannya, pasti akan berbeda. Manusia secerdas, sejenius, seintelek, atau manusia dengan gelar apapun, ia tidak akan pernah bisa menciptakan sesuatu hal dengan bentuk dan isi yang sama, pasti selalu ada kurangnya. Kalaupun ada, pasti ciptaan manusia itu tidak akan abadi.
So, berarti semua yang ada didunia ini tidak ada yang sempurna. Hanya Allah saja lah kesempurnaan itu. Lalu bagaimana manusia menyikapi kekecewaan itu? Jika suatu waktu, ada sebuah harapan besar maupun kecil dan tidak sesuai dengan kenyataannya. Berarti ada yang salah dengan cara pandang kita, yaitu sikap keseimbangan kita berarti ada yang berat sebelah terhadap harapan dan kenyataan atau dengan bahasa yang sering kita gunakan antara realita dan idealita, ujung-ujungnya kita akan “KECEWA”.
Maka Tips yang saya tawarkan adalah “TAWAZUN”. Sikap tawazun itu perlu, agar kita tidak mengalami kekecewaan yang berlebihan. Bukan berarti kita tidak boleh kecewa, boleh-boleh saja, karena kecewa itu memang dihadirkan oleh Allah, agar kita berfikir, mencerna, menimbang dan memberikan sebuah jalan agar kita tidak salah jalan dalam menentukan sebuah keputusan. Oleh karena itu, bertawazun lah terhadap orang lain, agar kita bisa berfikir dengan bijak, dan menjadi solusi bagi orang lain, bukan malah saling menyalahkan, lalu jontok-jontokkan, ingat...kita hidup berdampingan dengan yang lain bukan untuk saling adu kekuatan seperti layaknya seorang petinju. Apalagi, kita yang mengaku sebagai aktivis dakwah. Permasalahan kita adalah satu yaitu Problematika umat dan itu semua perlu solusi, maka kita harus bersatu dalam setiap perbedaannya. Bukan malah kecewa dengan sebuah komunitas, lalu pergi meninggalkannya. Kalau metode berfikir kita seperti itu, berarti kita termasuk orang-orang yang sempit dalam berfikir. So, bertahanlah dengan kekecewaan itu, karena sebenarnya dibalik itu semua Allah sedang menguji kesabaran kita. Dan hidup dalam lingkungan dakwah, memang penuh dengan kekecewaan. Karena memang dakwah tidak pernah menjanjikan duniawi yang terlihat nyata, tetapi Allah menjanjikan Ukhrawi, dunia yang tak pernah kita lihat. Sehingga ini akan mempengaruhi pola fikir kita, Siapa yang bisa bertahan dialah pemenangnya. Kita kah pemenang itu? Wallahu’alam...
Pesan untuk saudaraku yang sedang merefleksikan diri dipulau lain, Keep Istqomah ya...!!!
Tags: kehidupan
Seperti yang saya tulis sebelumnya, kecewa terhadap orang lain. Maka dalam sesi ini, saya akan mencoba membahas mengenai kecewa dengan diri sendiri. Lho...ko bisa? Didunia ini tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah berkehendak. Termasuk kecewa dengan diri sendiri.
Ini merupakan awal yang baik dalam pandangan saya, karena dari sinilah akan ada sebuah proses perubahan yang lebih baik jika diri kita tidak salah dalam memandang sebuah masalah. Kenapa? Karena kalau kita salah dalam memandang, dan menilai sesuatu hal maka akan muncul masalah baru yaitu stress, pada awalnya kita akan memasuki stress dalam fase ringan yang masih bisa kita kendalikan dan mencoba bangkit kembali dari masalah, tetapi jika dari tahap stress ringan ini, tidak bisa kita atasi, maka kita akan memasuki tahap selanjutnya yaitu stress berat atau yang sering kita dengar dengan istilah depresi. Dan pada akhirnya kita akan mengalami gangguan jiwa.
So, sekali lagi bertawazun lah... kecewa itu perlu bagi manusia, agar ada dinamika yang bergerak pada diri kita, yaitu evaluasi atau muhasabah diri. Dalam hal apapun sebaiknya kita sudah membuat perencanaan hidup, lalu mengaplikasikannya, dan jangan lupa evaluasi. Ini perlu kita lakukan untuk menghindari yang namanya gangguan jiwa, karena gangguan jiwa itu tidak mengenal orang lho...anak seorang pejabat sekalipun, atau sekaya apapun bisa terkena yang namanya gangguan jiwa. Maka dari itu, obat yang paling mujarab adalah kekuatan iman. Adakah kita punya iman? Pastikan ia selalu ada dalam diri kita, agar kita tidak mudah kecewa terhadap diri kita sendiri atau dengan kata lain Futur. Turunnya semangat yang dari naik malah menjadi turun.
Berhati-hatilah kita terhadap sesuatu hal yang masih menjadi goib untuk masa depan kita kelak. Ketika kita mengalami kekecewaan terhadap diri sendiri, maka ini masih ada kaitannya dengan takdir Allah untuk diri kita. Mohonlah pada Allah, dan berusahalah terus. Karena Allah pernah mengatakan bahwa Ia tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaumnya itu sendiri. Atau prasangkaan Allah itu sesuai dengan prasangkaan manusia. Jika prasangka kita baik terhadap Allah, maka Allah pun akan membalas dengan kebaikan pula. Maka ber positif thingking lah terhadap Allah.
Dan, jika mau melihat lebih mendalam, sebenarnya ada yang Allah mau lho dengan diri kita yang sedang diberikan MASALAH... kenapa? Saya teringat perkataan seorang saudara, “orang yang besar itu, harus banyak memiliki bekal, salah satu bekal yang paling utama adalah pengalaman. Dan pengalaman yang sangat berharga bagi orang-orang besar adalah hikmah. Jika siapa diantara manusia berhasil memecahkan masalah dengan hikmah, maka ia akan menjadi orang-orang besar suatu saat nanti. Amin...
Lagian sayang lho...kalau setiap harinya kita hanya mengeluh dan mengeluh, tanpa ada usaha untuk mencoba bangkit. Mungkin yang menjadi penyebab kita tidak mau mencoba adalah “Malu atau tidak PeDe”. Semangat Friend...that’s live.... just for us, kesuksesan tergantung dari kita bagaimana cara kita mengelolanya. Maka kelola hidup kita dengan baik, agar bisa menjadi bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain tentunya. Oke...semoga Allah memberikan kekuatan pada kita terhadap ujian yang akan kita lalui, dan menjadi dewasa dalam setiap bertambahnya umur kita. Amin...
sumber:http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/kecewa-itu-sunnatullah/407853401041#!/notes.php?id=301729376267
Kecewa adalah ketidakcocokan antara harapan dan kenyataan. Dalam konteks ini, kecewa yang saya maksud adalah kecewa terhadap manusia atau orang lain, atau bisa saja kecewa terhadap diri sendiri. Tetapi sebelum jauh kita membahas kecewa dengan diri sendiri, kita perlu tahu bagaimana kecewa dengan orang lain.
Yup...manusia dengan manusia yang lainnya, diciptakan oleh Allah untuk saling melengkapi satu sama lain dengan perbedaan, hidup berdampingan, saling mengisi dalam kekosongan, bahkan saling merepotkan satu sama lain. For what? Fastabiqul Khoirot Friend....
Jika kita mengkaji dalam Alquran Dan hadist, pada dasarnya manusia itu memang dicipta dengan segala perbedaannya, dari sisi manapun pasti berbeda, meskipun ada yang terlahir dengan kembar siam, tetapi coba lihat dari sisi kepribadiannya, pasti akan berbeda. Manusia secerdas, sejenius, seintelek, atau manusia dengan gelar apapun, ia tidak akan pernah bisa menciptakan sesuatu hal dengan bentuk dan isi yang sama, pasti selalu ada kurangnya. Kalaupun ada, pasti ciptaan manusia itu tidak akan abadi.
So, berarti semua yang ada didunia ini tidak ada yang sempurna. Hanya Allah saja lah kesempurnaan itu. Lalu bagaimana manusia menyikapi kekecewaan itu? Jika suatu waktu, ada sebuah harapan besar maupun kecil dan tidak sesuai dengan kenyataannya. Berarti ada yang salah dengan cara pandang kita, yaitu sikap keseimbangan kita berarti ada yang berat sebelah terhadap harapan dan kenyataan atau dengan bahasa yang sering kita gunakan antara realita dan idealita, ujung-ujungnya kita akan “KECEWA”.
Maka Tips yang saya tawarkan adalah “TAWAZUN”. Sikap tawazun itu perlu, agar kita tidak mengalami kekecewaan yang berlebihan. Bukan berarti kita tidak boleh kecewa, boleh-boleh saja, karena kecewa itu memang dihadirkan oleh Allah, agar kita berfikir, mencerna, menimbang dan memberikan sebuah jalan agar kita tidak salah jalan dalam menentukan sebuah keputusan. Oleh karena itu, bertawazun lah terhadap orang lain, agar kita bisa berfikir dengan bijak, dan menjadi solusi bagi orang lain, bukan malah saling menyalahkan, lalu jontok-jontokkan, ingat...kita hidup berdampingan dengan yang lain bukan untuk saling adu kekuatan seperti layaknya seorang petinju. Apalagi, kita yang mengaku sebagai aktivis dakwah. Permasalahan kita adalah satu yaitu Problematika umat dan itu semua perlu solusi, maka kita harus bersatu dalam setiap perbedaannya. Bukan malah kecewa dengan sebuah komunitas, lalu pergi meninggalkannya. Kalau metode berfikir kita seperti itu, berarti kita termasuk orang-orang yang sempit dalam berfikir. So, bertahanlah dengan kekecewaan itu, karena sebenarnya dibalik itu semua Allah sedang menguji kesabaran kita. Dan hidup dalam lingkungan dakwah, memang penuh dengan kekecewaan. Karena memang dakwah tidak pernah menjanjikan duniawi yang terlihat nyata, tetapi Allah menjanjikan Ukhrawi, dunia yang tak pernah kita lihat. Sehingga ini akan mempengaruhi pola fikir kita, Siapa yang bisa bertahan dialah pemenangnya. Kita kah pemenang itu? Wallahu’alam...
Pesan untuk saudaraku yang sedang merefleksikan diri dipulau lain, Keep Istqomah ya...!!!
Tags: kehidupan

Seperti yang saya tulis sebelumnya, kecewa terhadap orang lain. Maka dalam sesi ini, saya akan mencoba membahas mengenai kecewa dengan diri sendiri. Lho...ko bisa? Didunia ini tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah berkehendak. Termasuk kecewa dengan diri sendiri.
Ini merupakan awal yang baik dalam pandangan saya, karena dari sinilah akan ada sebuah proses perubahan yang lebih baik jika diri kita tidak salah dalam memandang sebuah masalah. Kenapa? Karena kalau kita salah dalam memandang, dan menilai sesuatu hal maka akan muncul masalah baru yaitu stress, pada awalnya kita akan memasuki stress dalam fase ringan yang masih bisa kita kendalikan dan mencoba bangkit kembali dari masalah, tetapi jika dari tahap stress ringan ini, tidak bisa kita atasi, maka kita akan memasuki tahap selanjutnya yaitu stress berat atau yang sering kita dengar dengan istilah depresi. Dan pada akhirnya kita akan mengalami gangguan jiwa.
So, sekali lagi bertawazun lah... kecewa itu perlu bagi manusia, agar ada dinamika yang bergerak pada diri kita, yaitu evaluasi atau muhasabah diri. Dalam hal apapun sebaiknya kita sudah membuat perencanaan hidup, lalu mengaplikasikannya, dan jangan lupa evaluasi. Ini perlu kita lakukan untuk menghindari yang namanya gangguan jiwa, karena gangguan jiwa itu tidak mengenal orang lho...anak seorang pejabat sekalipun, atau sekaya apapun bisa terkena yang namanya gangguan jiwa. Maka dari itu, obat yang paling mujarab adalah kekuatan iman. Adakah kita punya iman? Pastikan ia selalu ada dalam diri kita, agar kita tidak mudah kecewa terhadap diri kita sendiri atau dengan kata lain Futur. Turunnya semangat yang dari naik malah menjadi turun.
Berhati-hatilah kita terhadap sesuatu hal yang masih menjadi goib untuk masa depan kita kelak. Ketika kita mengalami kekecewaan terhadap diri sendiri, maka ini masih ada kaitannya dengan takdir Allah untuk diri kita. Mohonlah pada Allah, dan berusahalah terus. Karena Allah pernah mengatakan bahwa Ia tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaumnya itu sendiri. Atau prasangkaan Allah itu sesuai dengan prasangkaan manusia. Jika prasangka kita baik terhadap Allah, maka Allah pun akan membalas dengan kebaikan pula. Maka ber positif thingking lah terhadap Allah.
Dan, jika mau melihat lebih mendalam, sebenarnya ada yang Allah mau lho dengan diri kita yang sedang diberikan MASALAH... kenapa? Saya teringat perkataan seorang saudara, “orang yang besar itu, harus banyak memiliki bekal, salah satu bekal yang paling utama adalah pengalaman. Dan pengalaman yang sangat berharga bagi orang-orang besar adalah hikmah. Jika siapa diantara manusia berhasil memecahkan masalah dengan hikmah, maka ia akan menjadi orang-orang besar suatu saat nanti. Amin...
Lagian sayang lho...kalau setiap harinya kita hanya mengeluh dan mengeluh, tanpa ada usaha untuk mencoba bangkit. Mungkin yang menjadi penyebab kita tidak mau mencoba adalah “Malu atau tidak PeDe”. Semangat Friend...that’s live.... just for us, kesuksesan tergantung dari kita bagaimana cara kita mengelolanya. Maka kelola hidup kita dengan baik, agar bisa menjadi bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain tentunya. Oke...semoga Allah memberikan kekuatan pada kita terhadap ujian yang akan kita lalui, dan menjadi dewasa dalam setiap bertambahnya umur kita. Amin...
sumber:http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/kecewa-itu-sunnatullah/407853401041#!/notes.php?id=301729376267

Komentar
Posting Komentar