Cerbung : My love, My bear ( episode 4 : Gunung Gede, jadi story kita berdua part 1)

Penasaran aku dengan yang tertulis di hp nya. Aku pun sengaja cie-ciein dia..
Cie..di hpnya ada my bear..siapa lagi tuh..ada my bear yang lain ya..sampe dikasih emot love gtu..
Dia pun memasang muka kesal, dan berkata.." apaan sii..ga peka banget..ibu lah my bearnya..emg siapa lagi?"

Aku pun masih tidak percaya padanya,
"Masa siih...??"
"Ia lah..emg ada yang lain apa...ga percayaan bgt" dngn nada kesal ia berkata seperti itu.
Aku kemudian mengiyakn menunjukan rasa percaya kepadanya.



Bulan februari- maret bulannya ujian..dari ujian kompetensi sampai ujian praktek.
Nabil dan teman-temannya sibuk mengikuti ujian.
Namun nabil masih disibukan dengan kegiatan silat. Bahkan aku yang merasa diminta bantuannya untuk belajar matematika merasa khawatir dia tidak akan mencapai target yang ia inginkan.
Mengapa??
Karna waktu blajar yang sudah aku plot tidak bisa dia penuhi.
Dia cuma belajar sesuai waktu kosongnya dia saja.
Akhirnya aku kembalikan lagi ke dia. Terserah dia yang mau belajar dan aku tidak mau memaksakan kehendakku.
Sampai hari H UN pun dia datang ke rumahku untuk belajar matematika. Walaupun menurutku sudah telat kalau belajar dadakan. Tapi aku menghargai usahanya untuk belajar lebih keras.

Hari-hari UN telah dilewati maka waktu untuk naik ke gunung gede pun makin dekat.
Makin kemari makin berkurang yang ikut.
Satu persatu ada saja yang membatalkan karna karna  bekerja dan lain-lain.
Hingga akhirnya peserta yang ikut ke gunung gede hanyalah tama, aku, nabil, ningsih, kafi, wija, dan fikih. Sedangkan khoir dan temannya tetap ikut namun dia berangkat dengan mengendarai motor menuju basecamp putri.
Sisanya kami menggunakan angkutan umum.

Selama waktu proses orang yang tidak ikut satu per satu, aku dan nabil sempat bertengkar hanya karna masalah ia yang tidak jujur padaku. Saat itu aku baru tau dari tama klo si kiki tidak ikut karna ada urusan. Sedangkan nabil yang sudah tau dari awal diam saja tanpa memberi tahuku.
Kemudian ia menyakinkan aku agar memaafkannya dengan memberi penjelasan. Karna dia tau karakter aku yang mudah marah. Jadi dia tidak memberi tahukanku tentang kiki yang tidak jadi ikut.
Aku memaafkannya dan kami berdamai lagi.

Saat-saat persiapan ke gunung gede nabil tidak mempunyai sepatu gunung sedangkan aku tidak mempunyai tas, matras dan lain-lain.
Dia mau menemaniku untuk ke tempat outdoor membeli barang-barang itu. Namun saat itu..dia yang juga ingin membeli sepatu gunung..hanya memiliki uang 150 ribu saja.
Sedangkan sepatu gunung itu berkisar 300-500 ribu.
Saat itu aku merasa kasihan karna dia mengumpulkan uang itu dari uang sakunya tiap hari ke sekolah. Sedangkan waktu k gunung gede sudah tidak lama lagi.
Akhirnya aku menawarkan untuk aku talangi dulu membeli sepatu itu. Jika nanti sudah ada uangnya baru kembalikan kurangnya padaku. Karna uangnya dia hanya 150ribu tadi.
Dia pun mau. Hari itu kami keliling toko ourdour untuk mencari sepatu ukuran kakinya.
Sampai pada toko yang ada di daerah bintara.
Kami berhasil menemukan sepatu yang sesuai ukuran kakinya. Dan hari itu dia pun mendapat sepatu itu
Saat di toko outdoor aku sempat melihat dia membuka dompetnya karna dia ingin memberiku 50 ribu lagi. Jadi uang dia 200ribu.
Saat ia buka dompetnya aku melihat foto wanita. Aku tidak begitu jelas melihatnya. Tapi sekilas itu mirip guru matematika favoritnya ibu hamidah.
 Sejak melihat foto itu..aku meledek dia abis-abisan.
Aku cie-ciein terus.
Sampe Sampe akhirnya dia bilang itu foto bu hamidah tp dia print foto itu dapat dari sosmed dan iseng belajar ngeprint trus ngeprint foto gurunya itu.
Ya aku antara percaya atau gak. Karna tak terlalu penting. Yauda bodo amat pikirku.
Walau aku sebenarnya sadar. Aku sudah sedikit merasa ada kecemburuan dihatiku.

Namun lain waktu ketika sempat aku bahas lagi mengenai foto didompetnya itu. Dia bilang itu foto mantannya bukan gurunya.
Dari situ aku sebenarnya mulai kesal dengannya..mana yang benar dari ucapannya.
Aku tidak tau mana yang benar dari ucapannya. Apalagi aku belum terlalu lama mengenalnya.

Aku abaikan hal itu, sampai dekat hari H. Ketika itu kami janjian untuk berkumpul di terminal kampung rambutan. Saat itu aku dan wija janjian akan naik grabcar dari rumahku ke terminal. Aku juga mengajak nabil. Karna ada suatu kejadian tak terduga..tama yang harusnya bisa ikutan berangkat sore harus menyusul tengah malam dan kami disuruh berangkat duluan.
Ningsih pun begitu karna ada kerjaan, dia baru bs betangkat dari rumah agak malam.

Diterminal.kampung rambutan saat itu sudah ada fikih dan kafi. Setelah itu kami menyusul, aku, nabil dan wija. Kami berlima menunggu kedatangan ningsih. Namun setelah berdiskusi dengan yang lain kami memutuskan untuk menunggu tama saja hingga malam.
Sebenarnya kami ingin berangkat duluan. Namun diterminal saat itu tidak ada bis yang mau membawa kami ke daerah ciawi. Dengan alasan daerah macet.
Alhamdulillah nya ketika tama mau sampai terminal..justru kami mendapat mobil yang bisa mengantar kami ke basecamp putri. Namun..bis ini ke arah cianjur. Dari sana kita naik angkot lagi untuk bisa sampai basecamp.
Diluar prediksi kami, ternyata bis itu melewati ciawi juga. Saat itu kami tidak berpikir kalau cianjur akan sejauh itu. Jadi kita tidak turun di ciawi.
Kami memutuskan ke cianjur saja. Namun waktu tempuh yangkami lalui ternyata lama sekali. Prediksi kami jam 2 malam sudah sampai basecamp. Namun pagi jam 5 kami baru sampe cianjur.
Kami segera melaksanakan solat subuh, setelah itu kami mencari angkot untuk melanjutkan perjalanan kami.

Sungguh diluar prediksi kami, elf yang kita naiki malah berenti lama di suatu tempat karna supirnya malah berenti untuk makan bubur. Kakek tua itu bilang sebentar ya.
Kami pikir dia mau melakukan apa. Ternyata dia malah sarapan bubur terlebih dahulu.
Kami akhirnya memutuskan sarapan juga dengan lontong isi yang aku bawa dari rumah.


Saat kami sampai di basecamp putri sudah siang, kami segerakan untuk persiapan simaksi. Namun anak-anak ada yang mengajak sarapan bubur dulu.
Tadinya aku tidak mau. Namun setelah melihat fikih dan kafi selesai makan bubur aku pun jadi tertarik.

Saat itu nabil yang mengajakku makan. Kita berdua akhirnya menuju tempat tukang bubur. Aku dan dia duduk berdua ditempat yang sebelumnya kafi kan fikih duduk. Saat itu nabil yang mengambilkan bubur dan bakwan untukku. Saat aku mau membayarnya, ternyata sudah dibayar nabil duluan. Dia bilang ga usah bayar. Saya aja.
Yaudah,akhirnya aku dan dia lembali ke tim kami untuk bersiap-siap menuju tempat simaksi. Disana sudah ada khoir dan temannya. Karna khoir sudah dari semalam sampai duluan di basecamp.

Kondisi kami saat mulai pendakian ini tidak terlalu fit, karna kami tidak bisa tidur nyenyak di dalam bis. Terkecuali si wija. Anak yang satu ini pules sekali tidur di bis.
Bahkan saat bis berbelok ekstrim dia terjatuh menimpaku, yang duduknya bersebrangan dengan dia. Alhasil yang awalnya aku bisa tidur jadi tidak bisa tidur.
Rencana kami nanjak.pagi pukul 07.00 namun jadi mengulur sekitar jam 8 atau setengah 9.
Karna perutku baru saja diisi makanan dan langsung berjalan menanjak seperti itu. Nafasku rasanya engap sekali. Apalagi aku punya masalah dengan lambungku. Tnpa kondisi menanjak pun aku suka merasa engap nafasnya.
Pelan-pelan aku lewati jalan menuju pos satu.
Hingga akhirnya aku sampai di pos satu.
Saat itu wija, fikih, kafi yang ada dibelakangku mengawal.
Namun menuju pos dua. Hanya wija yang masih setia dibelakang aku untuk menemaniku.
Sampai di pos dua wija meminta tukar posisi dengan nabil, akhirnya aku dan nabil yang ada di barisan paling belakang.
Saat itu khoir dan temannya ada dibelakang aku. Karna aku menanjak sekuatku saja. Tidak bisa menunggu-nunggu yang lain. Hal ini dikarenakan aku yang paling lama jalannya dan banyak berenti untuk mengambil nafas.
 Dari pos dua ke Pos tiga lumayan panjang, bahkan treknya makin curam. Yang lain sudah jauh meninggalkan aku dan nabil sedangkan khoir dan temannya ada jauh dibelakangku.
Berasa mendaki berdua doank dengan nabil.
Padahal awalnya tama cuma bilang yang duluan buat bangun tenda itu dia, wija, dan ningsih temanku ..ternyata yang lain malah ninggalin kami.
Ketika mau dekat dengan pos bayangan 4. Aku duduk terlebih dahulu.
Disitu kakiku merasa pegal sekali.
Aku tidak sadar kedekatan aku dan nabil sejauh apa. Yang pasti aku dan dia sama-sama merasa nyaman satu sama lain.
Saat itu aku merengek seperti anak kecil yang kakinya kelelahan..dia dengan sabar malah memijit-mijit kakiku.
Tapi lucunya saat ia sedang memijit kakiku..nongollah khoir dan temannya. Ntah kenapa aku dan nabil langsung membereskan diri seakan tidak mau ketauan kalau aku sedang dipijit oleh nabil.
Mungkin aku dan nabil sadar. Posisi kami itu tertalalu intim.
Saat itu..kakiku aku sandarkan diatas kakinya. Dan dia dengan sabar memijit kakiku.
Aku tidak memikirkan hal lain selain kakiku lelah butuh sebuah pijitan.

Dari trek itu kami berempat mendaki bersama. Hingga melewati pos keempat. Menuju pos lima waktu semakin senja.
Khoir yang tidak sabar ingin cepat sampai aku persilahkan duluan.
Tinggallah aku dan nabil berdua lagi bersama pendaki lain. Dari pos empat ke lima..kondisi jalan makin curam dan terjal. Dari bertanah merah hingga berbatu-batu.
Aku lelah sekali saat itu, namun aku yakin aku kuat dan bisa sampai diatas asal aku memberi waktu tubuhku untuk ambil nafas sebentar-sebentar.
Hingga ada pendaki lain yang berpikir aku dan nabil pasangan suami istri.
Bapak-bapak sempat bilang, mas kasian itu istrinya kasih istirahat dulu.
Aku dengan kondisi lelah tidak terlalu mengindahkan kata-kata orang itu. Tapi nabil membenarkan apa yang kudengar itu.
Kata nabil..ia..kita disangka pasangan suami istri yang lagi nanjak bareng.
Masih jauh perjalanan ke pos lima. Sore itu turun hujan.
Aku yang peralatannya ada di tas keril dibawa oleh fikih tidak memiliki peralatan apapun.
Karna yang aku bawa justru tas fikih yang berisi peralatannya fikih. Alhasil dengan kondisi ujan-ujanan aku basah kedinginan.
Saat itu tanpa aku pikirkan hal lain. Aku raih tangan nabil. Lalu aku genggam erat tangan dia.
Aku saat itu tidak peduli apa yang dia pikirkan tentangku. Tp yang aku pikir saat itu..jika kondisi dingin seperti itu laki-laki biasanya memiliki suhu tubuh yang lebih hangat dari perempuan. Oleh sebab itu, aku langsung meraih tangannya nabil. Awalnya dia agak kaget dengan sikapku yang tiba-tiba menggenggam tangannya..namun aku bilang..bil..ibu kedinginan bil..gapapa ya ibu pegang tangan kamu..
Tanpa banyak bicara dia mengiyakan hal itu.
Ketika hujan sudah reda..kami menjutkan perjalanan kami lagi.
Saat itu nabil langsung mengeluarkan senter dari tas kerilnya. Betul saja, tak lama kemudian pun langit berubah gelap.
Saat itu walaupun banyak pemdaki lain, namun bagiku malam begitu mencekam.
Khoir yang sudah jauh lebih dulu diatas  ia sudah sampai pikirku.

Aku tetap melanjutkan perjalananku walau terengah-engah  nafasnya.
Hingga disuatu jalan yang berbatu, dimana kata orang sudah dikit lagi sampai, aku merasa lelah dan butuh istirahat sejenak. Namun nabil seakan memaksaku untuk terus mendaki tanpa peduli keadaanku.
Dengan nada marah dan kesal aku mengomel padanya.
Kalau kmu uda ga sabar, yauda tinggalin aja ibu sendiri. Kmu mah ga peduli sama kondisi ibu. Kalo dipaksain nanti malah pingsan gimana? Kn kmu juga yang repot. Ibu masih kuat tapi ga bisa cepet-cepet.
Saat itu nabil langsung menenangkanku..dengan berkata..iya..maaf ya..maaf..uda ya uda..jangan marah..

Aku sadar..sejak perjalanan kami dari pos tiga hingga saat itu..dialah yang paling sabar menghadapiku..mungkin disanalah timbul rasa sayang aku ke dia tanpa aku sadari. Melihat ada seseorang yang begitu sabar menghadapiku..tak pernah aku bertemu dengan lelaki seperti itu sebelumnya. Bahkan sepanjang jalan dia menyemangati ku..dia selalu menyebutku..ayo..my bear..semangat..dikit lagi ko..
Semangat ya my bear..
Kata-kata my bear..yang mungkin cuma sekedar gombalan semata..namun itu menjadi penyemangatku saat itu.

Kata orang di gunung itu..sifat asli manusia akan terlihat apa adanya..egonya pun akan terlihat..namun disana..justru aku melihat rasa sayang nabil ke aku yang apa adanya.
Rasa sayang yang dia sembunyikan dari teman-temannya tapi tidak denganku.
Seperti yang kukatakan sebelumnya..dia pernah mengatakan sayang kepadaku
.namun aku cuma menganggapnya sebagai gombalan belaka.
Seakan menjadi pembuktian kata-katanya..jalur putri gunung gede menjadi saksi bisu rasa sayangnya padaku dan itu menimbulkan rasa kagum dan sayang pula padanya.

Sesampainya kami diatas, saat itu aku bertemu khoir dan temannya lagi..karna dari tim kami tak ada yang menunggu kami di pos lima. Kami memutuskan untuk mendirikan sendiri tenda yang ada ditas nya nabil.

Namun, saat itu salah satu teman kami mencari-cari kami dan akhirnya kami bertemu. Diajaklah kami ke tenda yang sudah mereka bangun.

-bersambung-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerbung : My love, My bear (episode 2: tanpa sadar, kau isi kekosonganku)

Istiqamah di jalan Dakwah